29.1.10

CarI

Hari-hariku kini mencari, tak lebih dari apa yang ingin kugapai. Mencari dengan gamang apa yang seharusnya benar, dan hanya ingin segera mulai lakukan untuk segala di luar diriku. Mencapai apa yang ingin kugapai hanyalah sebuah jalan buntu yang akan sakit bila sering kubenturkan.

Mungkin tak selekas itu menghamburnya, bahkan serpihannya masih menancap lekat hingga tak lekang lukanya oleh waktu. Kukira waktu akan menjawab dan sedikit membalutnya untuk sejenak lupa, tapi dari ujung manapun selalu datang menghantam, mungkin hingga bentangan angka yang kususun sejak kuhirupkan nafasku ini kian menua dan berujung hampa di dunia.

19

19 Januari di tahun kedua dengan rasa yang sama, tapi tampak berbeda. Sebongkah kekuatan dariNya telah membuahkan cita untuk merasa. Keikhlasan senantiasa disunggi untuk tak membebani karna karma hanya berasal dari diri dan mukjizat hanya tercipta olehNya hingga kukuh berdiri di puing-puing rapuh dengan rusuh Sang Penyembuh yang terkadang meniupkan kambuh.

AsasI

Kebebasan pun telah terjual dengan seonggok pretise dan materi. Pertalian hati itu telah terputus oleh aturan buatan tangan manusia yang mengutamakan profesi tanpa memedulikan asasi hati. Sebagian kemerdekaan memang harus rela terenggut bila kesediaan loyal telah tertransaksi dalam selembar persetujuan dengan otak berpolos berani bertandatangan. Bukan kecelakaan ataupun ketidaksengajaan, melainkan jalan telah mewajibkan seperti itu untuk sanggup berdiri di kemudian hari.

RibatH

Pikir manyun sakit ke ubun-ubun
Tegun sekejap termangun berabad-abad
Kesumat mencandu berikat pekat, sekarat di tiap ribath
Hangat beringat di lima tempat singgah pada luang-luang waktu per hari
Untuk sekedar menggubah serapah agar berjengah
Benar hanya Dialah yang tak pernah lengah

4.1.10

SentaK

Tersentak lugas, gagal menahan biadab tertuju pada seorang yang ingin kujaga, kukuak kembali berkasnya.

Sesal menjejal hingga kutunggu tanggapnya, ingin kubalut luka-lukanya, hingga tak sekelumit pun berjela kembali seperti yang senantiasa kurasa. Namun, diri ini bertempat diam untuk aman karna tak berani menyentuhnya kembali.