11.8.09

SuicidE

God in heaven give me a turn


Feels like the weight of the world

Like my screaming has gone unheard

My wounds cry for the grave

My soul cries for deliverence

Freefall, freefall all through a life

Still in the dark, I too lost for so long


I’m pouring crimson regret and betrayal

I’m dying, praying, bleeding and screaming

Should I let my head rule my heart

Wishing my emotion runfree

I know it’s hard when I’m feeling down

To lift my feet up off the ground

I know the story so far

I make mistakes but doesn’t everybody

It’s the way should be


Frozen inside without Your love without Your touch

My God, My Tourniquet return to me salvation


(someone like me-atomic kitten, tourniquet-weight of the world-evanescence)

WaktU

Setelah kulalui, meski sering menghantui, mulai kumaknai hidup. Ternyata waktu begitu membentang untuk ditantang dan diperjuangkan. Kegilaanku pada cermin sungguh menyerahlah sudah. Saat itu rasa memang menang, tapi sekarang logika sudah mulai menyikapi mencari jiwa yang tenang. Muak menguak waktuku yang hilang dirampas cermin licin membuatku tergelincir dalam getir.


Waktu adalah anugerah terindah. Cobaan mesti dikalahkan jangan terkapar menyerah pasrah. Tak perlu resah untuk berkeluh kesah. Karna sudah saatnya untuk berbenah. Cobaan adalah jalan untuk menemukan waktu.


Cita dan cipta takkan sirna bila kita tahu bahwa waktu itu ada.

IkhlaS

Diam-diam di kesenyapan malam, tiba-tiba hati mencongkol keluar membuka mata nanar yang sekian lama tak berbinar.Mestinya terpejam. Sungguh kejam, mata menghujam habis mengiris sembilu ulu hati hingga terkikis tipis.


Hempaskan. Akhirnya bibir menari-nari mencari secuil kedamaian dalam terawang misteri Illahi . Hati yang perih merintih mulai menebal kebal setelah berulang kali melewati aral-aral terjal.


Janganlah kamu terjebak akan sempitnya otak, belajarlah untuk egois, kamu jadi seperti ini karna keegoisan seseorang. Cinta kasih dapat diciptakan, begitu pula dengan kebencian. Mulailah untuk menata diri, jangan sampai kau gagal untuk kesekian kali” Bisikan luar yang menghambar, hati menguat meski ucapannya ditenggat.


Kuingat. Cinta adalah memberi diri, suatu kematian dari sifat egois dan egosentris. Terkadang menyakitkan tapi itulah harga mati yang mesti dibayar atas sebuah cinta. Berawal dari membiarkan seseorang untuk menjadi dirinya sendiri bukan menjadikan ia sebagai pantulan diri.


Kebencian hanya membuahkan cacian. Keegoisan hanya membuahkan kemunafikan. Egois hanya akan membuat bengis. Lepaslah dengan ikhlas meski lekas membekas.

GejolaK

“Bodoh, tolol, kupret memang kau ini, tega kali kau terus-terusan biarkan Pikirmu mencabik-cabik dirimu sendiri. Teruslah kau terpasung belenggu pilumu itu, kenapa tak sejenak saja kau tanggalkan semua beban itu, kau relakan dirimu menjadi korban kebiadaban Pikirmu saja. Hidup takkan berhenti meskipun kau berusaha menghentikannya, klimaks masih panjang, konflik juga masih terus mengantri, satu episode saja sudah menyerah kalah, payah.” Nurani komat–kamit mencibir Hati yang kian menyiksa dirinya.


“ Biarlah, aku berani menanggungnya, kunikmati saja luka-luka ini, Pikirku memang sangat bersahabat untuk kali ini, tak seperti kau Nurani hanya mencibir tak pula juga kau obati aku ini, sungguh indah benar kurasa”. si Hati mengomel menimpali sindiran Nurani.


“ Congkak pula kau ini, cuma kau yang bisa obati lukamu itu, kau yang punya penawarnya, kau pula yag punya kuncinya bukan aku. Bukalah gembok Pikirmu itu. Kurasa aku sudah sangat menolongmu, selalu kuingatkan dirimu hingga kau masih bertahan sampai detik ini. Setidaknya kau tak mati sia-sia untuk kali ini”. Nurani membalas tak mau dipersalahkan.


Nurani memang benar, terjebak dalam penjara pikirmu hanya akan membuat tak berdaya, rasakanlah sentuhan-sentuhan kasih sayang mereka yang menantimu untuk tersenyum kembali menikmati mentari yang sudah kau dapat dan kejarlah mimpi yang pasti, mulailah kau buang mimpi-mimpi semu itu. Janganlah pula membuat dirimu menjadi palsu.” Pencerahan mulai menampakkan dirinya. Semoga Hati tak lagi menampiknya.


HikmaH

Selepas kepergiannya..


Kalut kabut kelabu menggelayuti benakku merongrong pikir otak yang semakin tak berotak. Kuragu akan kemusnahan dirinya hingga kuikuti egoku begitu saja. Kusalahkan diriku, kusalahkan dirinya hanya berkutik mencari titik-titik yang tak mungkin bisa ditelusur lagi, karena benar memang nasi telah menjadi bubur. Bukan karma bukan pula sebab akibat, sungguh hanya sentuhan hangatNya yang tak kuasa kuhayat. Kebenaran hakiki tak perlu dicari, tak perlu pula mencari siapa yang dipersalahkan, karena kita benar sebagai manusia, budak nafsu yang sering termakan rasa bukan logika. Namun betapa bodohnya aku, masih mencicipi mimpi yang kasat mata telah menepi, tak butuh untuk dirangkai lagi, tak perlu pula dihiasi karna hanya akan membuahkan kenihilan diri.


Kucoba beranjak diri, meninggalkan sepi, melapangkan hati disetiap peraduanku padaNya. Kedamaian memang sungguh-sungguh datang, acap kali sering hilang, jatuh bangun kupunguti kembali cerca-cerca hidup meski tertatih-tatih tersandung belenggu beku piluku.


’Sudahlah nak, tak perlu kau sesali tak perlu kau tangisi hidup, kau hanya menyakiti dirimu sendiri, seperti ini hanya laku, masih banyak persoalan di depan yang lebih berat, ini akan membuatmu lebih kuat, ini hanya jalan menuju kedewasaan’


Benar, hikmah itu menghampiriku. Kutemukan kembali diriNya, kurasakan tanganNya tak henti-hentinya menampar kecongkakanku. Begitu seringnya dia mengingatkanku hingga serasa peluh keluhku tak berujung di kesudahan, begitulah diriNya mencinta dengan cara yang berbeda pada tiap hambaNya, sungguh indah bila menengadah.Ku hanya takut kehilanganNya kembali karna belenggu ragu akan gundahku barang kali muncul menyeruak mengkoyak-koyak serpih-serpih syukur yang mulai kuukur.


Kesedihan hanyalah kehampaan diri, kesedihan sebenarnya tak ada bila kita terbangun, tak manyun termangu memangku kelu memasung sendu.