2.12.09

AbadI

‘Kamu milikku dan begitu pula aku milikmu selamanya’, diucapkannya di seberang jurang yang terjal. Usia yang baru kepala dua ini menelan mentah-mentah sebaris kalimat egois dari sisi manusia dengan harap ada seberkas sinar tulus didalamnya.

‘Tak ada daya pun manusia menentukan, keadaan terus mendesak dan terkadang tak sejalan dengan terawangan benak manusia pikirin yang kuanggap jernih, sedikit menyangkal meskipun bersimpuh tenang menerimanya.

Sebuah tulisan menyelingkuhi sebaris kalimat itu sekaligus menerangkan kenihilan arti keabadian, sebuah kata cita abadi tertulis didalamnya telah menghapus ucapan keabadian di sebaris makna kalimat itu.

Keabadian tumbuh dan diucapkan mungkin telah sirna dari jiwanya. Namun, dari situ masih kurasakan keabadian yang sulit diraba, mungkin saja bisa hilang suatu saat nanti. Abadi memang tak ada, hanya sebuah cita tulus manusia agar tetap lurus sejurus dengan tekadnya tanpa melihat adanya sentuhan tangan lain.

Keabadian hanya milik Sang Maha Kekal.