2.9.09

BijaK

Ketika sang ayah bertanya pada anaknya, ‘Lha fungsi bapak apa disini?

Sang ayah telah putus nyali, terkapar pasrah tak bisa mengurusi tingkah polah si istri. Ketika seorang laki-laki bertindak sebagai pencari nafkah telah buntu jalan, selanjutnya si istri dianggap seperti pembangkang. Putar otak sang ayah telah merasa dilucuti sebagai lelaki, dianggap rendah sebagai kepala keluarga, ketika sang istri tak pernah menggubrisnya lagi dan diam-diam melakukan transaksi gelap bernilai puluhan juta, saat anak bungsunya butuh duit untuk masuk di sekokah menengah atas terfavorit di kotanya, jelas saja butuh biaya besar. Sang istri dinilai bersekongkol dengan mertuanya, mereka tak lagi akur, berkali-kali telah diperingati, tapi tak peduli.

Sang anak hanya bisa menjawab, “Sudahlah pak biarkan saja, memang sudah dari dulu ibu seperti itu, terima saja, semua akan dapat ganjarannya masing-masing, tak perlu ada yang dipermasalahkan lagi”. Sang anak sudah muak, dia tak ingin lagi menjadi saksi didepan pejabat, bila orang tuanya harus berpisah. Biarlah apa saja yang dilakukan orang tuanya, dia hanya memilih untuk diam, tak akan banyak mengoreksi tingkah-pandangan orang-orang yang harusnya mampu berfikir dewasa.

Sang ayah benar, ia harus bertindak sebagai pengarah jalan, yang seharusnya diikuti oleh si istri. Tak beda dengan si istri, hanya ingin dapurnya selalu ngebul, itu saja. Silang pendapat memang harus berpijak pada sikap bijak.