12.10.09

KeajaibaN

Mendengar penuturan kawan kadang mengesankan, terpana mengalur dalam celoteh ceritanya.

Sudah menjadi hal biasa, di tiap pagi hari sabtunya. Dengan hanya merogoh kocek sembilan ribu rupiah bisa menyantap sepiring batagor sembari menikmati segelas es doger, sudah cukup untuk mengganjal perut selama setengah hari untuk bekal jalan-jalan di pengapnya kota sejuta angkot itu.

Sambil menunggu penjual berpenampilan rapi datang menyodorkan jualannya, terlihat asyik jika duduk-duduk diemperan rumah kecil topi didepan gerobag-gerobag kaki lima itu. Terlihat lima anak kecil tak bersendal disana, tiga laki-laki dan dua perempuan yang mestinya mereka berada di kelas sepagi itu, bisa dibilang seumuran anak kelas 2 SD dan ada satu paling kecil belum cukup umur buat bersekolah. Tampak kumal tapi riang, seorang menghampirinya dengan dengan wajah tanpa dosa, mengulurkan tangan dan tak berkata apapun.

“Makan batagor sini sama kakak”, ajaknya.

Lima anak itu hanya menghampiri, tak ada ekspresi raut senang hanya duduk berjajar dan diam, tak berlarian lagi.

Kasihan ya”, tanggap seorang lelaki bermuka orientalis di sampingnya.

“Iya mas, saya milih mbeliin mreka makanan daripada ngasih duit, takutnya buat beli macem-macem”, tukasnya.

Klo saya mah gak papa ngasih duit ke anak-anak daripada ke ibu-ibu, mreka kan masih kuat, nyucipun juga masih kuat”, tampak tenang berlagak layak perempuan.

Saya ini mualaf, gak ada ruginya ngasih duit ke orang-orang itu, memang benar kuasa Tuhan itu ada, kemaren saya baru dikasi duit sma ibu-ibu di angkot karna saya bilang saya ini mualaf, hari itu hari pertama saya puasa di bulan Ramadan, uangnya saya masukin kotak amal masjid dan ternyata kebaikan itu datang ke saya berlipatganda.

“Kenapa pindah agama?”

Tak pernah sebenarnya terfikir oleh saya buat pindah agama, tapi saya tu mimpi baca Kitab suci di padang pasir diliatin ma orang banyak padahal saya gak bisa baca kitab suci.Di akhir mimpi, saya liat ada jembatan sirotal mustaqim

Saya ini dari keluarga keturunan China, biasa dengan tradisi memuja di pura, sebenarnya semua agama tu sama memuja Tuhan, kita gak menyembah berhala, saya juga sering mbantuin masak-masak buat kebaktian di gereja.”

Tuturan sumringah seperti terlahir kembali suci di dunia. Keajaiban benar ada dan tak datang dengan sendirinya, dan bukan berarti berdoa dengan harap keajaiban segera nyata. Mungkin di salah satu sisi keajaiban masih ada usaha yang tak terlihat. Keajaiban pun hanya atas kehendakNya.