16.10.09

AsinG

Dug..dig..dag..dig..dug..! debur jantung bertempur, berlebihan bila dikata mau copot, tapi jelas di dada ini ada permainan batin. Tepatnya, usai rutinitas apel malam, aku hendak membeli segelas jus buah untuk seorang temanku yang terus mengeluh tentang perutnya yang tak sedang bersahabat. Di kantin, disitu aku harus memanggil pelayan penjualnya di lantai dasar , dia hanya menjual tak bermodal. Kunaiki tangga dari sisi belakang, terlihat sosok lelaki dari samping yang tak asing, dengan tinggi 180an centi, berat badan seimbang sekitar 70an kilo, bahu tegap berjalan bak tuan tanah, rambut lurus menipis ke belakang hingga ke leher, hanya terhenyak diam, mati kutu “bukannya seharusnya dia bersapa dengan dosen malam ini, bukan di sini ,bukan!”. Tak bisa disangkal, detak jantung ini semakin tak gentar melemahkan tubuh yang kian melemas, untung lelaki itu cepat menoleh, “ benar bukan, hanya wajah asing yang mirip”.

DindinG

Tepat di akhir masa idahku, masih membekas tajam di hati, mungkin takkan musnah dan membiasa adalah satu-satunya jalan. Bersahabat dengan kepenatan tiap hari tanpa jengah, mengais tangis mungkin selalu dirasa. Pasrah untuk tak takut merasa dan tak berani berbuat karna semua jalan telah membentur dinding.

Teman lelaki duduk dibelakangku, menepuk-tepuk pundakku dengan tak sopan.

“Hush..hush ada yang marah..” sahut sebelahnya, ngejek mencibir layaknya anak SMP memperolok cinta monyet.

“Pasal 25 cuk!”, jawabnya tegas.

Ada lima di dua lima, itulah dinding yang kokoh tegap berdiri, untuk saat ini hanya pasrah, sia-sia mencari celah, bahkan takkan berdaya merobohkannya sendiri, karna pemukul ajaibku telah raib tiga bulan silam. Berharap tak ada korban lain yang mati karna berusaha menembus dinding itu.

Namun, keyakinan bahwa tiap orang berhak atas jalannya masing-masing membuatku percaya, korban-korban itu pada akhirnya akan memilih jalan hidupnya, tak berhak untuk mengusik pilihan yang lain dan diam untuk tak bicara adalah caraku.

Tuhan telah menciptakan dinding kokoh itu melalui tangan-tangan besi manusia penguasa.